Indonesia, menurut Nasir masih kalah dari Singapura dalam urusan penganggaran riset.
Menteri Nasir menyebut optimalisasi anggaran riset masih minim.
Kemristekdikti mendorong pihak swasta atau dunia industri supaya makin gencar membangun laboratorium di perguruan tinggi.
Untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dan NKRI, mestinya Presiden komitmen dengan menambahkan anggaran riset untuk percepatan penemuan vaksin
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko menyebut interpretasi terhadap anggaran riset di BRIN hanya Rp272 miliar, salah besar. Dia menegaskan, besaran anggaran tersebut dialokasikan hanya untuk bahan riset, yang didistribusikan langsung ke pusat riset.
Menurut saya BRIN bukan saja tidak mampu mengkonsolidasikan anggaran riset dari berbagai badan litbang kementerian teknis, namun juga tidak mampu menahan agar anggaran riset tersebut tidak dialihkan untuk kegiatan nonriset di kementerian teknis. Dengan peleburan 34 lembaga Iptek kedalam BRIN, praktis anggaran riset pemerintah terpusat di dalam BRIN, yang pada tahun 2023 dialokasikan sebesar Rp 2.2 triliun atau 0.01 persen terhadap PDB.
Lebih baik BRIN segera bereskan masalah kelembagaan, aset, SDM, anggaran riset yang morat-marit, serta fokus pada agenda riset nasional strategis. Jangan ulangi lagi kekeliruan riset seperti dalam kasus riset minyak goreng yang kontroversial. Jangan sampai terkesan riset BRIN hanya sekedar menjadi stempel pembenar pendapat dari para petinggi negara.
Saya mengapresiasi usulan peningkatan anggaran riset, sekecil apapun ini sudah merupakan usulan yang peningkatan, yang tadinya Rp2,246 triliun di 2023, di depan dinaikkan di Rp2,285 triliun.